Sejak tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah mulai melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Kala itu, UNBK hanya dilaksanakan secara terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP Indonesia Kuala Lumpur (SIKL). Dengan hasil yang sangat memuaskan, Kemendikbud akhirnya memutuskan untuk melaksanakan UNBK lagi di tahun 2015. Lagi-lagi hasil UNBK 2015 dirasakan memuaskan. Sistem tersebut kembali diterapkan pada UN 2016, dan alhasil hasilnya sangat memuaskan pula. Tahun ini, jumlah sekolah
yang terdaftar untuk mengikuti UNBK pun lebih banyak, dengan target sekolah yang menerapkan UN berbasis kertas hanya sekolah berdomisili di daerah terpencil saja. Namun demikian, tentunya ada kerugian dan keuntungan dengan diterapkannya sistem ini. Berikut penjelasannya:
Lamanya Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Ujian Nasional bagi siswa tingkat akhir tentu menjadi momok yang sangat menakutkan. Dengan diterapkannya UNBK pelaksanaan Ujian Nasional dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Pada pelaksanaan UN berbasis kertas pelaksanaan ujian hanya berlangsung selama tiga hingga empat hari. Namun pada UNBK tahun 2015, ujian berlansung selama satu minggu. Ini dikarenakan adanya tiga kloter ujian secara bergantian karena keterbatasan perangkat. Kecuali pihak sekolah mempunyai perangkat komputer sejumlah peserta UN, Sehingga tanpa harus begilir.
Pemadaman Listrik
Yang menjadi kekhawatiran penyelenggara UNBK salah satunya adalah pemadaman listrik. Sangat wajar sekali karena UNBK sangan mengandalkan perangkat komputer yang tentunya membutuh daya listrik yang terbilang besar. Per unit komputer berkisar 200-400W, bayangkan jika saat pelaksanaan menggunakan 40 unit komputer client dan 1 server belum terhitung perangkat-perangkat penunjang lainnya. Walaupun dipersiapkan unit UPS untuk setiap komputer, tentunya hanya bisa memenuhi daya untuk beberapa menit ke depan. Begitu pula jika menggunakan generator set, ini akan menambah biaya untuk bahan bakar, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi 2 kali lipat. Karena komputer yang digunakan peserta untuk mengisi soal UNBK dikhawatirkan saat terjadi pemadaman jawaban yang telah terisi akan terhapus. Walaupun sistem yang telah dibangun oleh kemdikbud memungkinkan autosave temporary sehingga pengerjaan dapat dilanjutkan kembali.
Jaringan Internet
Penggunaan komputer pada UNBK tentu tidak lepas dari kebutuhan jaringan internet untuk mengakses server pusat. Pemilihan jaringan pun diharuskan jaringan yang stabil dan cepat, sehingga dapat meminimalisir kendala unduh dan unggah data server. Kekhawatiran ini tentunya banyak dialami oleh para penyelenggara UNBK, Masalah jaringan yang lambat sehingga dalam pengerjaan soal menjadi terhambat. Hal ini pernah dirasakan oleh beberapa peserta UNBK yang jaringan internetnya sempat mengalami gangguan sehingga materi soal terlambat tampil. Berkaca dari pengalaman tersebut, akhirnya beberapa sekolah pun menambah kecepatan internet demi keberhasilan UNBK.
Akses Server Lokal
Ketika masih diterapkan Ujian Nasional berbasis kertas, para peserta UN harus ekstra hati-hati saat mengerjakan soal-soal UN. Sebab masih menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK), para peserta UN harus hati-hati dalam melingkari pilihan jawabannya. Juga harus memastikan bahwa yang digunakan adalah pensil 2B asli bukan pensil 2B palsu agar jawaban terbaca oleh komputer. Namun, dengan diterapkannya UNBK, tak usah khawatir mengenai permasalahan tersebut. Sistem semi-daring yang digunakan pada UNBK secara otomatis menyimpan jawaban dan biodata peserta dengan lebih rapi dan terstruktur. Soal ujian dikirim dari server pusat secara daring melalui jaringan internet ke server lokal (sekolah). Saat UNBK berlangsung, para peserta hanya dilayani oleh server lokal secara luring. Setelah ujian beakhir, hasil ujian pun dikirim kembali dari server lokal ke server pusat secara daring.
Meminimalisir Kecurangan
Kebocoran soal saat sangat berpeluang besar terjadi pada penyelenggaraan Ujian Nasional berbasis kertas. Pada tahun-tahun sebelumnya sering terjadi kasus-kasus tersebut di berbagai wilayah di Indonesia. Entah siapa yang harus bertanggungjawab atas kejadian tersebut, entah pada proses pencetakan atau mungkin pada saat pendistribusian. Belajar pada kasus tersebut, Kemendikbud menerapkan UNBK bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kebocoran tersebut. Walau memang kemungkinan sistem tersebut dapat diretas pun sangat memungkinkan. Akan tetapi Kemendikbud dengan usaha keras menciptakan sistem keamanan yang berlapis dengan firewall yang kuat.
Menghemat Anggaran
Ini poin yang paling mendasar, banyak hal yang dapat dihemat dengan UNBK. Pada UNBK tahun 2015 terbukti telah menghemat anggara negara hingga 30%. Sehingga UNBK dinilai sangat irit dengan tidak perlunya mencetak dan mendistribusi naskah soal serta Lembar Jawaban Komputer (LJK). Pada ujian berbasis kertas negara menyimpan jumlah biaya pencetakan 35 juta eksemplar naskah soal sebanyak 560 miliar rupiah dan biaya pendistribusian soal hingga mencapai 80 juta rupiah per wilayah. Selain pemerintah, pihak yang terdampak dari UNBK adalah pihak sekolah, mampu menghebat biaya pengadaan alat tulis dan bahan ujian,